Sebuah Paragraf Buat Anda

Ingin sekali menuliskan beberapa paragraf untuknya, Tulisan yang menggambarkan betapa besar rasa penyesalan hati yang semoga saja dia baca.  Permohonan maaf saya yang berulang – ulang. Yang ternyata sering sekali menyiksanya.  Terutama banyak membuatnya menangis.

Saya pernah mengatakan sesuatu padanya di suatu malam yang entah itu dianggapnya hanya rayuankah? “Saya akan menjaga Anda dengan tulus dan mengganti tiap air mata yang menetes sia – sia”,  tidak kepikiran juga kala itu seandainya dia meminta ganti air matanya dengan sejumlah uang, WAW ! Tapi seandainya dia berucap demikian, ya saya akan ganti walau mohon dulu biar bisa nyicil.

Sayangnya setelah itu dia tak membalas apa – apa.  Lalu saya tak diam begitu saja, merasa tak ada jawaban kemudian saya bombardir dengan pesan yang lebih indah dan semoga dapat meluluhkan hatinya yang memang akhir – akhir ini agak sedikit mengeras. Walau kemampuan bahasa saya belum sampai pada tingkat untuk bisa dipakai merayu.

Pesan itu saya mulai dengan pujian, “Mungkin,  Andalah wanita terbaik yang pernah hadir di hidup saya” tulis saya pada pembukaannya. Setengah memuji, setengah memompa dadanya. “Mana ada Wanita yang mau mencintai saya dengan sangat lamanya.  Mana ada Wanita yang rela menangis untuk Pria yang jelas – jelas tak dapat mengusap airmatanya. ” Saya menunjukkan fakta.  Saya tidak mengada – ada.  Meski fakta itu saya gunakan untuk merayu.  Bait berikutnya saya manfaatkan untuk ucapan terima kasih.  Lalu meminta maaf.  Dan bait selanjutnya saya lanjutkan dengan kalimat tanya yang membabi buta,  yang mungkin lebih menguras dadanya.

Melihat kelakuan saya yang tak keruan itu.  Dia geram.  Wajahnya serius.  Dia memang tak sedang ingin bercanda atau dirayu.  Dia marah besar.  Kalimat yang dikirimkannya pun selalu terbatas. Bahkan perkata.  Dia sekarang tak lagi kesal tetapi multi marah : benci, gondok, kesal bercampur satu. Padu.  Mudah – mudahan masih terselip “rasa” di dalam campuran itu.

Saya tahu di balik sifat yang pemarah itu,  sebenarnya memiliki hati yang sangat baik dan lembut. Hati yang pernah membuat saya jatuh.  Sering terbesit ingin membuat senyumnya mengembang kembali, namun buru – buru saya tepis karena memang waktunya tak sama persis seperti “dulu”. Persamaan itu sudah terlampau dibeda – bedakan dan semakin sulit untuk kembali disatukan.   Saya tetap bahagia walau hanya bisa menatapnya dari jauh.  Walau senyum simpulnya tak lagi buat saya seorang.

Namun, banyak hal yang belum terlupa tentang Anda, banyak cerita yang masih tersimpan rapi yang sering membuat saya geli.  Sebagai bahan tertawaan untuk menjadikan hari saya terus membaik dan membuat hati saya menjadi baik.